Pilih Bahasa

MEMAHAMI SYAIR ASYIKIN KARYA IMAM SYAHIBUDIN MELALUI PENGAJARAN SY YUSUF MAKASAR & TAREKAT KHALWATIYYAH.



Menurut Kadi Ibrahim bin Hurairah @ Kadi Besar Pahang(1910) yang pertama di bawah penjajah Biritsh; penentangan terhadap ajaran Martabat Tujuh di Pahang yang beliau bawa adalah berpandukan ilmu yang beliau terima dari gurunya Kadi Abdul Rahman(1850) di Kg Sekara Cenor yang diambil dari ayahndanya Mufti Haji Shukur(1830) yang mengambil dari Kadi Besar Pahang, Tuan Teh bin Imam Syahibudin (1800)yang mengambil dari bapanya. Imam Syahibudin(1760) pula menerima ilmu ini dari gurunya Kadi Ismail Kg Bangau Temerloh(1740) yang mengambil dari gurunya Sy Yusuf Makasar (1690)di Benten.Syeikh Yusuf ini adalah anak murid kepada Sy Rauf Singkel (1680) di Aceh yang belajar kepada Sy Nuruddin al Raniri(1650) dari India. Sy Nuruddin ini membawa ajaran Wihdatul Suhud yang berlawanan dengan ajaran Wihdatul Wujud yang di bawa oleh Hamzah Fansuri Aceh yang terkenal dengan ajaran “Martabat Tujuh”. Bagi memahami Syair Asyikin,maka tidak dapat mestilah memahami ajaran-ajaran yang di bawa oleh Syeikh Yusuf Makasar dengan merujuk kepada kitab-kitab2 dan tarekat yang beliau tulis.

Untuk mengetahui segala sesuatu tentang tarekat Khalwatiyyah, perlu diketahui sejarah singkat Syaikh Yusuf al-Makasar, karena beliaulah yang pertamakali menyebarkan tarekat ini ke Nusantara pada tahun 1670-1795m.Syeikh al-Makasar berguru dan mendapatkan ijazah dari Syaikh Abu al-Barakah Ayyub bin Ahmad bin Ayyub al-khalwati al-quraisyi serta mendapat gelar Taj al-khalwati sehingga namanya menjadi Syaikh Yusuf Taj al-Khalwati. Di Sulawesi Selatan beliau digelari Tuanta Salamakari Gowa (guru kami yang agung dari gowa). Nama lengkapnya Muhamad Yusuf bin Abdullah Abu Mahasin al-Taj al-Khalwati al-Makasar.Dalam perjalanan kehidupannya al-Makasar sempat belajar beberapa tarekat diantanya beliau sempat belajar tarekat Qadiriyah dan mendapatkan ijazah. Dari Nuruddin al-Raniri,beliau kemudian belajar tareakt Naqsyabandiyah dari Muhamad bin Abd al-Baqi al-Mizjaji al-Naqsyabandi (w. 1074 H/1664 M), al-Makasar juga sempat belajar kepada Syaikh Maulana Sayyid Ali al-Zabidi dan dari gurunya ini diduga al-Makasar mendapat ijazah tarekat Ba’alawiyah, kemudian dari Mullah Ibrahim beliau mendapatkan ajaran tarekat Syattariyah dan yang terakhir al-Makasar belajar kepada Syaikh Abu al-Barakah Ayyub bin Ahmad bin Ayyub al-Khalwati al-Quraisyi yang menggelari al-Makasar dengan Taj al-Khalwati dan ia menerma ijazah tarekat Khalwatiah.

BEBERAPA BENTUK AJARANNYA

Al-Makasar adalah seorang ulama yang luar biasa, terutama adalah seorang sufi, juga seorang mujadid dalam sejarah Islam Nusantara. Tasaufnya tidak menjauhkan dari masalah-masalah keduniawian, ajaran dan amalan-amalannya menunjukkan aktivitas yang berjangkauan luas, ia banyak memainkan peranan dalam bidang politik di Banten, bahkan memimpin perlawanan terhadap Belanda setelah Sultan Ageng Tirtayasa tertangkap.Dalam bidang ilmiah al-Makasar menulis karya-karyanya dalam bahasa Arab yang sempurna. Hampir semua karyanya membicarakan tentang tasauf, kaitannya dengan ilmu Kalam. Dalam mengembangkan ajarannya al-Makasar sering mengutip sufi al-Ghazali, Junaidi al-Baghdadi, ibnu al-Arabi, al-Jilli, ibnu Atha’Allah, dan lain-lain.

Konsep utama tasawuf al-Makasar adalah pemurnian kepercayaan (aqidah) pada keesaan Tuhan. Ini merupakan usahannya dalam menjelasan transendensi tuhan atas ciptaan-Nya, al-Makasar menekankan keesaan tuhan, keesannya-Nya tidak terbatas dan mutlak. Tauhid adalah komponen penting dalam ajaran Islam, yang tidak percaya pada tauhid menjadi kafir.Meskipun berpegang teguh pada transendensi tuhan, al-Makasar percaya tuhan itu mencakup segalanya (al-ahattah) dan ada di mana-mana  (al-ma’iyyah) atas ciptann-nya tetapi al-Makasar berpendapat meski tuhan mengungkapkan dirinya dalam ciptaan-Nya, hal itu tidak berarti bahwa ciptaan-Nya itu adalah tuhan itu sendiri, semua ciptaan adalah semata-mata wujud @ al-mawjud al-majazi. Dengan demikian seperti Abd Rauf al-Sangkili, ia percaya ciptaan hanyalah bayangan tuhan bukan tuhan itu sendiri. Menurut al-Makasar “ungkapan” tuhan dalam ciptaan-Nya bukanlah berarti kehadiran “fisik” tuhan dalam diri mereka.

Dengan konsep al-ahathah dan al-ma’iyah tuhan turun (tanazzul), sementara manusia naik (taraqqi), suatu proses spiritual yang membawa keduanya semakin dekat. Namun proses itu tidak akan mengambil bentuk dalam kesatuan akhir antara manusia dan tuhan; sementara keduanya menjadi semakin dekat berhubungan dan pada akhirnya manusia tetap manusia dan tuhan tetap tuhan. Dengan demikian al-Makasar kelihatan-nya menolak konsep Wahdat al-Wujud (kesatuan wujud) dan al-Hulul (inkarnasi ilahi).Tuhan tidak dapat diperbandingkan dengan apa pun (laisa ka mitslihi syai’). Beliau mengambil konsep konsep Wahdat al-Syuhud (kesatuan kesadaran). Dengan hati-hati beliau merenggangkan diri dengan dokrin Wahdat al-Wujud ibnu-Arabi dan doktrin al-Hulul Abu Manshur al-Hallaj serta mengambil doktrin Wahdat al-Syuhud yang dikembangkan Ahmad al-Sirhindi dan Syah Wali Allah Dehlawi.

Ciri yang paling menonjol dari teologi al-Makasar mengenai keesaan tuhan adalah usahanya untuk mendamaikan sifat-sifat tuhan yang tampaknya saling bertentangan. Tuhan, misalnya, mempunyai sifat yang pertama (al-awwal) dan yang terakhir (al-akhir), sifat-sifat yang lahir (al-zhahir) dan yang batin (al-batin), yang memberi petunjuk (al-hadi) tetapi juga yang membiarkan manusia tersesat (al-mudhil). Semua sifat-sifat ini tampaknya saling bertentangan. Ini harus dipahami sesuai dengan keesaan tuhan sendiri. Jika menekankan yang satu dengan mengabaikan yang lain akan membawa kepada keyakinan dan amalan-malan yang salah. Hakikat tuhan adalah kesatuan dari pasangan sifat-sifat yang saling bertentangan itu dan tak seorang pun memahami rahasianya, kecuali mereka yang telah diberi pengetahuan oleh tuhan sendiri. Dalam teologinya al-Makasar sangat patuh kepada doktrin  Mazhab Asy’ariyah. Dalam hubungannya dengan keyakinan yang sempurna pada keseluruhan rukun iman beliau mengimbau kaum muslimin untuk sepenuhnya menerima makna yang mendua@ takwil dari beberapa ayat al-Quran (al-ayat al-mutsyabihat).

Al-Makasar membagi kaum beriman ke dalam empat kategori. Pertama, orang yang hanya mengucapkan syahadat (pernyataan iman) tanpa benar-benar beriman, dinamakan orang munafik. Kedua, orang yang mengucapkan syahadat dan menanamkannya dalam jiwa mereka dinamakan kaum beriman yang awam (al-mu’min al-awamm). Ketiga, orang yang beriman yang benar-benar menyadari implikasi lahir dan batin dari pernyataan keimanan dalam kehidupan mereka, dinamakn golongan elit (ahl-khawashsh). Keempat, adalah kategori tertinggi orang beriman yang keluar dari golongan ketiga dengan jalan mengintensifkan syadat mereka terutama dengan mengamalkan tasawuf dengan tujuan menjadi lebih dekat dengan tuhan, mereka dinamaka “yang terpilih dari golongan elit” (khawas al-khawashah).

AJARAN-AJARAN DASAR TAREKAT KHALWATIYYAH.

Yaqza  يقظة : kesadaran akan dirinya sebagai makhluk yang hina di hadapan Allah SWT. Yang maha agung.

Taubah توبة    : memohon ampunan atas segala dosa.

Muhasabah محاسبة   :  koreksi diri.

Inabah انابة   : berhasarat kembali kepada Allah.

Tafakkur تفكر : merenung tentang kebesaran Allah.

I’tisam اعتصام  : selalu bertindak sebagai khalifah Allah di bumi.

Firar  فرار : lari dari kehidupan jahat dan keduniawian yang tidak berguna

Riyadah رياضة   : melatih diri dengan beramal sebanyak-banyaknya.

Tasyakur تشكر  : selalu bersyukur kepada Allah dengan mengabdi dan memuji-Nya.

Sima’ سماع  : mengonsentrasikan seluruh anggota tubuh dalam mengikuti perintah-perintah Allah terutama pendengaran.

Murid harus tawajjuh, توجه  yaitu murid bertemu  dengan guru  dan menerima pelajaran-pelajaran dasar khusus dari guru secara berhadap-hadapan. Di sini guru mengajarkan juga zikir-zikir tertentu, salsilah diberikan, sesudah itu diadakan Baiat Talkin.Tahap awal yang harus dilakukan seorang calon murid menlakukan  pembaiatan adalah harus mengadakan penyucian batin, sikap dan perilaku yang tidak baik seperti:

Hasad  حسد  : sikap dengki terhadap nikmat Allah yang diberikan kepada orang lain.

Riya رياأ   : mempertontonkan kekayaan atau amal supaya mendapat pujian dari orang lain.

Ghibah غيبة   : membicarakan orang lain yang bersifat celaan dan hinaan.

Sesudah suci batinnya diisi dengan sikap dan perilaku terpuji seperti:

Husn al-zhan حسن الظن  : berbaik sangka kepada Allah dan manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya
Husn al-khuluq حسن الخلق  : berakhlak baik terhadap Allah dan segala ciptaan-Nya
Husn al-adab  حسن الادب  : bersopan santun terhadap Allah sebagai bukti taslim.

Para anggota tarekat (murid) dibedakan menurut tingkatan-tingkatan (maqam-maqam مقام  @ ) sebagai berikut:

1)MAQAM BIDAYAH atau permulaan
Pada maqam ini ditempuh jalan akhyar (orang terbaik), yaitu cara untuk lebih melatih, untuk memperbaiki dan memperbanyak ibadah seperti shalat, shalat sunnat, puasa, membaca al-quran, zakat, naik haji, dan jihad. Pada maqam ini mulai diajarkan zikir nafi itsbat, yaitu kalimat la ilaha illa Allah dengan jumlah yang ditetapkan dalam latihannya (biasanya antara 10-100-300 kali setiap hari)
2)MAQAM TAWASSUT/KHAWASHSH atau tingkat khusus
pada maqam ini ditempuh mujahadah, yaitu cara latihan batin yang keras untuk mengubah khlak menjadi islami dengan melipatgandakan amal lahir dan batin. Latihan dzikirnya ditambah lagi dengan zikir Allah-Allah dengan jumlah tertentu (biasanya antara 40-101-300 kali setiap hari)
3)MAQAM NIHAYAH atau al-khash al-khawashsh
maqam ini merupakan maqam ahli zikir, yaitu jalan bagi golongan yang sangat cinta kepada Allah dan merupakan golongan yang tertinggi, baik dari kesungguhan pelaksanaan syari’at maupun latihan-latihan jiwanya sehingga terbuka hijab antara hamba dan tuhannya. Ini berarti dia sudah tenggelam dan dekat sekali dengan tuhan. Latihan zikir yang diamalkan adalah zikir ism al-isyarah yaitu huwa-huwa dan ah-ah. Zikir ah-ah adalah zikir yang khusus diberikan dan diamalkan oleh syaikh mursyid atau murid tertentu yang terpilih.

SALSILAH TAREKAT KHALWATIYYAH

Wasilah adalah dikembangkan melalui seorang pembimbing spiritual (mursyid) sebagai sesuatu yang sangat diperlukan demi kemajuan spiritual. Untuk sampai kepada perjumpaan dengan yang mutlak sesorang tidak hanya memerlukan bimbingan tetapi campur tangan aktif dari pihak pembimbing spiritualnya dan para pendahulu yakni sang pembimbing, termasuk yang paling penting nabi Muhamad. Inilah arti penting dari salsilah : ia menunjukkan rantai yang menghubungkan seseorang dengan nabi dan melalui beliau sampai ke tuhan. Oleh karena itu, bagian yang penting dalam pencarian spiritual adalah menemukan seorang mursyid yang dapat dipercayai. Seseorang harus mengikuti bimbingan sang guru tanpa syarat, patuh ,mutlak seperti mayat di tangan orang yang memandikan.

KARYA-KARYA AL-MAKASAR

Menurut  ada delapan di antara karya tulis al-Makasar yang ditulis di Sri Langka, yaitu:
1)Al-Barakat al-Saylaniyah
2) Al-Nafahat al-Saylaniyah
3)Al-Manhat al-Saylaniyah fi Manhaj al-Rahmaniyah
4) Kayfiyah al-Mughni fi al Sa’adat al-Murid
5) Habl al-Warit li Sa’adat al-Murid
6)Safinah a-Najah
7)Mathalib al-Salikin
8)Risalah al-Ghayat al-Ikhtishar Wa al-Nihayat al-Intizhar.


Beberapa karya ini tersebut di dalam syair-syair Imam Syahibudin. Walaupun begitu dari fakta sejarah, pengambilan tarekat adalah berbeda-beda antara guru dan murid di Alam Melayu.Jika melihat kepada Hamzah Fansuri beliau beramal dengan Tarekat Qadiriyyah meskipun berfahaman Wihdatul Wujud,manakala Imam Zul Bayan meskipun bersamaan dengan Hamzah Fansuri dari segi tasawuff tetapi kelihatannya beliau melakukan amalan Tarekat Khalwatiyyah.Manakala Nuruddin al Raniri bertarekat dengan Tarekat Rifaiyyah manakala muridnya Abd Rauf Singkel pula bertarekat dengan Tarekat Satariyyah.Murid terkenal Abd Rauf ialah Sy Yusuf Makasar tetapi ia bertarekat dengan Tarekat Khalwatiyyah. Manakala murid Abd Rauf di Terengganu ia itu Tuk Ku Pulau Manis bertarekat dengan Tarekat Sazaliyyah.Ini menunjjukan amalan tarekat yang tokoh-tokoh ini amalkan tidak mempengaruhi kepercayaan mereka dari segi tasawuff samada mereka berpegang pada konsep Wihdatul Wujud atau Wihdatul Suhud atau kepercayaan biasa doktrin  Ahli Sunnah Wal Jemaah.

Share:

0 comments

Flag Counter