KEPULAUAN LINGGA JADI PUSAT KERAJAAN DLM TAHUN 1780AN.
Kepulauan Lingga adalah gugusan pulau-pulau di
Indonesia, di selatan Kepulauan Riau dan di timur
Pulau Sumatera. Garis khatulistiwa melewati kepulauan ini, yaitu
di ujung utara Pulau Lingga, pulau utama di kepulauan ini. Kebanyakan
populasi adalah suku Melayu, Bugis dan Tionghoa
Asal nama Pulau Daik.
Disuatu masa berdatanglah para perantau dari Mandir,
Pangkalan Lama dan Jambi ke Daik. Sebelum sampai di Daik, Mereka singgah
disalah satu pulau yang bernama Mepar (dahulu pulau Mepar bernama pulau Lepa
dan lama kelamaan menjadi Mepar). Kemudian menyusuri sungai disekitar pulau
Mepar, dalam penyusuran tersebut mereka menancapkan pancang sebagai tanda bahwa
mereka telah menyusuri sungai yang bersangkutan. Tanda-tanda itulah yang akhirnya
membuat sungai bersangkutan disebut sebagai sungai Tanda. Dari sungai ini
mereka melanjutkan perjalanan dan sampailah disebuah tempat yang tanahnya
datar, airnya jernih mengalir dari air gunung, ditempat ini mereka sangat
terkesan, menurut mereka tempat ini sangat baik. Kesan inilah yang kemudian
menjadi nama sungai dan daerah sekitarnya, dengan perkataan lain sungai dan
daerah sekitarnya diberi nama Baik. Akan tetapi nama itu lama-kelamaan berubah
menjadi Daik, tidak diketahui kapan kata Baik berubah menjadi Daik, mungkin
karena sejak seseorang salah dengar sehingga kata Baik menjadi Daik.
Asal nama Pulau Lingga.
W.P. Groeneveledt
dalam bukunya yang berjudul History Notes on Indonesian and Malay, menyebutkan
bahwa nama Lingga berasal dari kata Ling yang berarti Naga dan Ge yang berarti
Gigi, tidak jauh berbeda dengan nama yang diberikan oleh para perantau Cina.
Menurut para perantau Cina, sebelum mereka sampai di Daik, mereka melihat
sebuah gunung (gunung Daik) yang bentuk puncaknya seperti Gigi Naga atau Tanduk
Naga yang bercabang dua,(konon, dahulu bercabang tiga) yang mereka sebut
Lengge. Istilah Lingga juga terkait dalam pengertian keagamaan agama Hindu,
dikarenakan gunung Daik bercabang tiga, dan salah satu puncak gunung menyerupai
perlambang phallus, puncak tertinggi dinamakan gunung Daik, terendah disebut
gunung Cindai dan puncak yang tengah disebut gunung pejantan.Jauh sebelum Daik
Lingga dijadikan pusat Kerajaan Johor-Riau oleh Sultan Mahmud Syah lll / Yang
dipertuan Besar Johor-Pahang-Riau-Lingga ke XVl dan pusat Kerajaan Riau Lingga
oleh Sultan Abdul Rahman Muazzam Syah /Yang Dipertuan Besar
Johor-Pahang-Riau-Lingga ke XVll yang juga merupakan Yang Dipertuan Besar Riau
Lingga ke l setelah Kerajaan Johor-Riau dipecah menjadi dua yaitu Kerajaan
johor dan Kerajaan Riau Lingga pada tahun 1824,
Pada mulanya daerah Lingga dan sekitarnya didiami oleh Orang
Suku Laut, dengan dipimpin oleh kepala sukunya yang disebut Batin.Kemudian pada
akhir abad ke-18 datang Datuk Mata Kuning yang merupakan putra dari Datuk Mata
Merah yang berasal dari Pangkalan Lama Jambi datang ke Lingga.Selama beberapa
tahun Datuk Mata Kuning Memegang kekuasaan di wilayah Lingga dengan gelar Datuk
Megat Kuning.
Pada tahun 1787,
Sultan Mahmud Syah lll /Yang Dipertuan Besar Johor-Pahang-Riau-Lingga ke XVl
memindahkan pusat Kerajaan Johor-Riau dari Hulu Riau Bintan dengan membawa
sebanyak 200 kapal perahu layar pindah ke Daik Lingga dan tempat kedudukan
Yamtuan Muda juga dipindahkan dari Hulu Riau Bintan ke pulau Penyengat pada
tahun yang sama. Sejak saat itu Datuk Megat Kuning menyatakan sebagai hamba
Sultan mahmud Syah lll, kemudian Datuk Megat Kuning diangkat menjadi Orang Kaya
Temenggung yang bertugas menjaga keamanan perairan Lingga dan bertempat tinggal
di pulau Mepar, di pulau Mepar dibangun benteng lengkap dengan meriam-meriam
sebagai salah satu benteng pertahanan Kerajaan. Sebelum itu Datuk Kaya
Temenggung tinggal di Semarong Daik (Mentok) dan kemudian pindah ke Kopet Daik
(Melukap) baru setelah itu pindah ke pulau Mepar dan menetap disana. Sultan-Sultan
yang memerintah di Daik Lingga, sebagai berikut :Sultan Mahmud Syah lll
/Yang Dipertuan Besar Johor-pahang-Riau-Lingga ke XVl (1761-1812). Sultan
Mahmud Syah lll /Yang Dipertuan Besar Johor-Pahang-Riau-Lingga XVl,
menikah dengan Raja Hamidah /Engku Puteri dengan mas kawinnya adalah Pulau
Penyengat Indra Sakti.Sultan Mahmud Syah lll adalah Sultan yang memindahkan
pusat Kerajaan Johor-Riau yang sebelumnya berada di Hulu Riau Bintan
pindah ke Daik Lingga. Pada tahun yang sama yaitu tahun 1787, tempat kedudukan
Yamtuan Muda juga dipindahkan dari Hulu Riau Bintan ke pulau Penyengat.
0 comments